Proses kelahiran itu...

Ketika aq hamil, kami semua berharap janin yang ada di perutku adalah laki-laki. Maklum, aq empat bersaudara, 3 perempuan dan 1 laki2. Wajar klo kami menginginkan hadir laki2 lagi di tengah-tengah kami. Tetap pas 6 bulan, dokter memberitahu klo dari hasil USG menunjukkan bayiku perempuan. Begitupun ketika USG pada bulan ke-8 dan ke-9. Tetapi aq tetap kekeuh, Alloh memberikan mu'jizat-Nya. Dengan penuh harap, aq berdoa setiap hari. 2 minggu sebelum tanggal prediksi lahir, akhir bulan februari 2004 aq boyongan, pulang kampung. kami memang berencana bayi ini lahir di Kendal. Dengan pertimbangan di sana ada orang tua, banyak saudara. Dengan begitu, pasti banyak yg ngurusin. maklum, ini adalah pengalaman pertama. Semua orang heboh mempersiapkan kelahiran sang jabang bayi, yang merupakan cucu pertama bagi kedua orang tuaku. Suamiku mengambil cuti 1 minggu mulai tanggal prediksi kelahiran. Semua orang sudah dag-dig-dug, berharap2 cemas. Tanggal 4 Maret 2004 telah berlalu. Sepertinya bayiku belum ingin keluar, kontraksi yang kami nantikan belum jg terasa. Tanggal 12 aq melihat di celanaku ada bercak2 merah.."mo lairan nih.."pikirku. Buru2 aq ngajak suamiku ke dr. Bambang, dokter yang rencananya kami pilih untuk menangani proses persalinanku. Tapi setelah diperiksa dr. Bambang, ternyata belum ada bukaan. Selama 3 hari aq terus-terusan pendarahan, tapi gak parah sih. seperti keputihan, cuma bedanya yang keluar darah. Rasanya panas dan perih banget. Sampai akhirnya cuti suamiku selama 1 minggu sudah habis. Suamiku kembali lg ke Jakarta. Tetapi setiap Jum'at sore dia pulang kampung, Minggu sore balik lagi ke Jakarta.

Aq mulai berpikir, Jangan-jangan bayiku menunggu tanggal 15, tanggal lahirku? seru jg kan, klo kami ultah bareng? Sampai tanggal 15, belum jg ada tanda-tanda. Aq masih sibuk membalas sms ucapan selamat ultah dari temem2ku. Nah, malemnya...di saat aq masih saja sibuk memencet tombol di hp-ku. perutku terasa berdenyut-denyut, mules. Semakin lama semakin terasa cepat durasinya. Waduh, suamiku baru aja balik ke Jakarta kemaren sore. Ibuku segera mengajakku pergi ke Klinik dr. Bambang, untuk menanyakan kondisiku. Tapi setelah diperiksa dr. Bambang, ternyata baru bukaan 1/2 cm. Dokter menyarankanku untuk pulang saja dan usahakan untuk terus berjalan-jalan, agar pembukaannya bertambah cepat. Setelah kontraksinya sudah sangat cepat dan aq dah gak kuat, kami baru kembali ke klinik. Kami menuruti perintah dokter, kami kembali lagi ke rumah. Toh waktu tempuh rumah kami ke klinik doter hanya sekitar 10 menit. Semalaman aq gak bisa tidur. Semua perlengkapan sudah disiapkan, mobilpun jg dan standy..sewaktu2 kami harus berangkat ke klinik. Orang tua dan adik2kupun jg gak bisa tidur. Bagaimana mungkin mereka bisa tidur? aku menangis & mengaduh terus, walaupun aq tetap berusaha u berdzikir semampuku. Semua yang ada di rumah tidak tega. Bapak dan Ibuku bergantian memijat kakiku sambil terus berdzikir. Kulihat ibuku bolak-balik menelpon temen2nya yang orang medis. Lucu jg kupikir, ibuku kan dah 4 kali melahirkan, harusnya sudah hapal betul tanda-tandanya, dan gak mungkin panik banget kayak gini. "duh..klo ibu yang mo lairan gak sepanik ini, tetapi kamu yang mo lairan kok ibu jadi gak karuan.." ucapnya berulang-ulang. Oh Ibu..ternyata pengorbananmu luar biasa..maafkan klo kami sering menyakitimu, merepotkanmu...


Karena sudah gak tahan, jam 2 pagi kami berangkat ke klinik. Dokter langsung sigap, dibantu istrinya yang kebetulan jg berprofesi sebagai perawat. Suster tidak memperbolehkan siapapun masuk di ruang bersalin. Aq berjuang seorang diri, dibantu dokter dan suster. Orang tua dan adik2ku menunggu di luar. Allohu akbar...kupanjatkan berkali-kali sambil menunggu aba-aba dari suster untuk mengejan. Karena aq sudah terlalu lemas, karena menahan kontraksi yang cukup lama, dokter menyarankan untuk menggunakan alat bantu vacum, sehingga bayinya cepet keluar dan tidak menunggu lama lagi. Kuatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Aq sudah pasrah.."lakukan yang terbaik, dok..". Setelah mengejan 3 kali, terasa seperti mengeluarkan air panas...bayiku keluar..terdengar tangisan bayi. Tepat tanggal 16 Maret 2004 jam 02.45 WIB. Aq masih tidak percaya..aq mampu melahirkan secara normal...ya Robbi, terima kasih...aq merasa sempurna menjadi seorang wanita..Air mataku mengalir deras...

Dokter meletakkan bayi merah itu di perutku, buru2 aq ingin memegangnya, aq takut dia jatuh! tapi dokter langsung melarang "tidak usah dipegang bu..tidak apa2.."begitu katanya. Aq lega, karena kulihat bayiku terlahir sempurna..Aq bertanya pada suster "laki-laki atau perempuan bu..?" aq memanggilnya ibu, karena dia adalah istri dr. Bambang, gak enak klo aq memanggilnya suster. "perempuan bu, cantik kayak mamanya..". suster mengambil bayiku, membersihkan, mengukur panjang badan dan menimbangnya. Panjang 50 cm dan berat 3,1 kg. Dokter masih meneruskan jahitan, aq dibertahu ada 4 jahitan. "alhamdulillah...yang penting sehat" sepertinya suster melihat ada sedikit kekecewaan di mataku. "Kami pingin punya anak perempuan malah gak dikasih sama Alloh, anak kami dua2nya laki-laki" begitu suster berusaha menghiburku. Aq tersenyum, walaupun aq menginginkan anak laki-laki, tapi aq masih sangat bersyukur. Banyak pasangan yang ingin mempunyai momongan, tapi belum dipercaya sama Alloh. Aq bahagia, karena Alloh Maha Penyayang, begitu menikah kami langsung diberi kepercayaan untuk secepatnya menggendong buah hati. Bukankah anak perempuan akan lebih dekat dan lebih telaten dengan orang tuanya. Buktinya sampai sekarangpun, aq masih sering curhat dan bermanja-manja dengan bapak dan ibuku. buktinya, aq ingin melahirkan di kampung halamanku, dekat dengan orang tua dan saudara2ku.."Alhamdulillah...Allohu Akbar" Ucapku berulang-ulang..Rasa sakit sudah tidak aq rasakan lagi, hanya rasa bahagia...aq akan segera memberitahu suamiku dan memamerkan bayiku pada semua orang...
Setelah semua rapi, aq dipindah ke kursi roda dan didorong masuk ke kamar perawatan. Di sana terlihat keluargaku sudah berkumpul. Bapak ibu, adik2ku, dan kakek-nenekku. Kulihat ibuku sedang memangku tubuh mungil yang dibalut kain bedong. iItu anakku....buru2 aq meminta ibu memindahkannya di pangkuanku. Aq memeluk dan menciuminya sambil menangis haru...